Balik ngantor lagi setelah lockdown, pembatasan sosial dan karantina wilayah ini kita jadi dibikin mikir: apanya yang normal, dan apanya yang baru?
Gak berlebihan sih emang upaya pencegahan ini. Karena pandemi Covid-19 kita jadi harus memeluk gaya hidup sehat higienis dan digital. Mutlak. Ini tidak bisa ditawar-tawar.
Pandemi kali ini mendorong kita supaya cepat-cepat mengubah perilaku dan melangsingkan proses bisnis, seolah kita dipacu untuk segera memasuki revolusi industri 4.0.
Tentunya yang paling marasai (Minang untuk 'babak belur') adalah pekerja sektor informal dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Bisnis besar saja tumbang-tumbangan, apalagi yang kecil-kecil.
Satu hal yang saya perhatikan adalah pelaku bisnis banyak yang cepat-cepat pivot ke plan B: pemasaran digital. Mau gak mau, ya kan? Satu kaki memijak di bisnis atau toko yang sebelumnya sudah dirinitis, sementara satu kaki lainnya ambil ancang-ancang, kayak mau loncat. Proses pivoting ini butuh kestabilan.
Orang-orang yang tadinya gak punya bisnis jadi mulai buka toko online. Yang tadinya udah biasa dagang pas arisan doang jadi musti belajar streaming Zoom, Instagram dan mulai pakai dompet digital, supaya bisa arisan online. Yang tadinya cuma ngurusin anak jadi musti ngurusin toko digitalnya suami juga. Yang tadinya cuma jaga warung jadi harus belajar upload foto produk untuk promosi online.
Sebenarnya di sini ada peluang untuk membantu pebisnis kecil melalui masa transisi menuju revolusi digital. Berikut beberapa jobs yang perlu banget diadakan.
1. Koordinator garage sale
Ada yang memilih untuk menjual saja barang-barang yang sudah tidak lagi dipakai. Ruangan jadi kosong dan bisa dimanfaatkan buat nyetok produk toko. Barang-barang bekas atau pre-loved jadi uang deh.
Sayangnya, pelaksanaannya gak segampang teori. Sambil ngurus rumah, sambil ngurus anak, sambil nyiapin garage sale? Kebayang kan gimana ribetnya.
Apalagi orang tidak rutin mengadakan garage sale. Paling hanya sekali dalam beberapa tahun. Kebanyakan malah BELUM PERNAH! Jadinya belum punya pengalaman dalam mematok harga, melakukan promosi, dan lain sebagainya.
Dengan memanfaatkan internet yang jangkauannya lebih luas, seorang koordinator garage sale bisa membantu mencapai hasil yang lebih maksimal:
- Peluang menjangkau lebih banyak orang di berbagai tempat.
- Pembeli tidak terbatas hanya tetangga sekitar rumah.
- Mematok harga bisa lebih pas.
- Barang bekas yang terjual bisa lebih banyak.
Untuk pembayarannya, seorang koordinator garaga sale bisa mengambil komisi dari produk yang terjual, misalnya 20% per produk, atau dibayar per proyek.
2. Admin toko online
Saat ini admin untuk toko online sulit dicari. Kandidat tidak bisa sembarang orang, karena musti memahami platform e-commerce toko dan juga merupakan pribadi yang bisa dipercaya, teliti, dan cekatan.
Tweet >
Tidak semua pemilik toko online fasih mengurusnya. Ada yang buka toko karena terpaksa, walaupun sebenarnya mereka lebih senang mengurus toko fisik. Mereka akan butuh bantuan untuk:
- Membalas chat dari calon pelanggan.
- Mengecek ketersediaan barang.
- Meng-update produk secara berkala.
- Mengemas dan mengirimkan produk.
- Mengurus promosi digital, voucher, dll.
Pebisnis kecil mana ada waktu untuk menginterview orang? Sibuk mengurusi ini dan itu. Belum lagi pemilik toko juga banyak pekerjaan rumahnya. Harus menyiapkan konten sosmed, mengembangkan layanan toko, dan mengurus materi promosi.
3. Blogging coach
Beberapa kali ada yang bertanya bagaimana caranya agar bisa membuat postingan blog yang bagus. Menulis memang sulit, namun semua orang bisa mempelajarinya.
Sayangnya, mengurus blog bukanlah sekedar menulis. Lalu gimana?
Ada proses perencanaan dan perancangan yang terjadi di baliknya. Menurut saya, waktu luang yang sedikit itu lebih baik digunakan pebisnis bukan untuk belajar menulis, namun untuk menyusun strategi konten yang dapat digunakan untuk berbulan-bulan ke depan.
Mentor atau blog coach adalah orang yang mengerti seluk-beluk pembuatan konten guna memastikan blog tersebut bisa sukses dan produk yang dijual laris manis.
Seorang coach akan sangat membantu di sini. |
4. Jasa titip-beli lokal
Belanja online di platform e-commerce itu kurang dari 5 menit. Kita bisa saja belanja kebutuhan bulanan, sayur-mayur, sampai alat tulis kantor hari ini dan besoknya barang sudah nyampe. Buat yang sudah sering sih gampang.
Tapi ada aja orang yang kesulitan belanja online.
Ini bukan karena aplikasi belanja online-nya canggih luar biasa atau gimana lho. Cuma bisa karena biasa.
Seandainya saja ada jasa belanja online untuk membantu mereka yang entah karena (A) gak terbiasa sama aktivitas keuangan online, (B) gak punya waktu, (C) "malas" ribet, atau (D) sakit, masih kesulitan buat belanja.
Selama pembatasan sosial dan work from home ini, pedagang mau gak mau harus mau jadi online seller. Yang belanja juga mau gak mau musti mau belanja online.
Sekarang sih memang ada jasa-jasa yang mirip, seperti jasa secret shopper dan jasa titip beli, tapi peruntukannya bukan buat belanja harian. Secret shopper biasanya berbelanja untuk mengevaluasi pengalaman berbelanja sebagai bagian dari user testing. Sedangkan jasa titip beli barang yang tersedia hanya untuk barang-barang luar negri atau situs luar, seperti Ebay dan Amazon.
Sumber: Tempo Bisnis, CNN Indonesia, Selular, Line Today, dan situs Pasar Jaya
5. Koordinator acara digital
Selama pandemi ini baru deh terasa betapa dibutuhkannya koordinator acara digital. Acara-acara pada batal. Mulai dari konser musik, arisan, sampai pameran lukisan pilihannya cuma batal atau dilangsungkan secara digital. Termasuk kegiatan belajar-mengajar.
Coba ya seandainya ada koordinator acara digital yang bisa dikaryakan untuk mengalihkan fungsi acara yang tadinya dibatalkan menjadi acara digital. Ini kan peluang banget. Dengan bermodalkan keahlian live streaming pakai Instagram atau layanan serupa Facebook live dan Zoom, acara tetap bisa jalan.
Sebagai referensi, fenomena acara digital ini ceritanya berhasil membantu tempat-tempat seperti museum dan galeri seni untuk tetap bisa eksis selama PSBB:
- The American Writers Museum
- Tur virtual ke British Museum di London
- Broadway encore via BroadwayHD dan Netflik, bahkan
- Tur keliling makam Firaun Ramses VI
Untuk skala pebisnis kecil tentunya tidak bisa patok harga terlalu mahal. Kebutuhannya juga kan tidak sekelas Raja Firaun. Dengan adanya acara digital, pebisnis kecil tentu akan sangat terbantu. Misalnya daripada garage sale-nya dilakukan di rumah saja, bisa diatur supaya di live stream. Gimana menurut kamu? Kira-kira pekerjaan apa lagi yang bisa diadakan untuk menjembatani proses recovery?
Ilustrasi oleh Balado Oke! dgn elemen dari Icon 8 & Unsplash
Posting Komentar